Ingat, tidak semua harus dibicarakan dan disampaikan, seperlunya saja.
Tulisan ini hanya ampas kopi
Jadi jangan hanya ambil senangnya, teguk juga pahitnya..
Hidup gak usah dibikin sulit, gak usah ruwet. Asal gak maksiat, bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat bagi banyak orang, serta gak mengusik hidup orang lain. Itu udah cukup.
Ketika orang-orang membicarakan kejelekan mu, padahal kamu pun tahu, kamu tidak melakukan kesalahan dengan merampas hak salah satu dari mereka. Maka hendaknya memuji Allah subhanahu wa ta'ala yg sudah menyibukan mereka demi kamu, dan kamu tidak disibukkan oleh mereka. (Mushafa Mahmud rh)
untuk gizi bagi pikiran dan jiwamu ikuti media media yang kami punya ya :)
38 of 365
Kadang aku pun tak mengerti, inikah yang namanya berjuang sepenuh hati atau justru hanya sekadar mengenyangkan ambisi?
Tetiba jadi iri dengan semua orang yang sibuk produktif dengan segala amal-amal yang dikerjakan. Dan ingat satu ayat yang dipesankan oleh seorang guru; kalau kamu capek, orang-orang nggak islam juga capek. Cuma kamu punya Allah sebagai tempat kembali dan berharap, sedangkan mereka nggak.
"Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka ketahuilah mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu rasakan, sedang kamu masih dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS. An-Nisa': 104)
Masih mau leyeh-leyeh dengan lupa tujuan dan mimpi?
(05/11/21)
Kau lebih memilih yang mana? Bisa memiliki apa saja yang kau ingin atau bisa setia dengan satu hal saja?
Pasti menyenangkan bisa memiliki apa saja. Tetapi menentramkan bisa setia pada satu hal saja.
Percayalah, berhenti itu baik bagimu. Menyederhanakan hal-hal yang sebenarnya memang sederhana.
Karna semakin banyak memiliki, bukan menghantarkan pada kepuasan. Tetapi rasa tamaknya justru kian menjadi-jadi. https://www.instagram.com/p/CVp6jCmPHDP/?utm_medium=tumblr
اللهُّم إني أعوذ بكَ من هشاشة اليَقين، ومن الإحاطة بأرواحٍ تَستهلك ولا تُعطي، ومن ثُقوب القَلب، وثِقل الرُّوح
Terima kasih sudah menuliskan ini, saya jadi diingatkan kembali. Tak perlu ragu dengan takdir Allah, Allah sebaik-baik perencana.
Pada beberapa keadaan, baiknya kita tidak perlu mencari tahu terlalu dalam. Karena kenyataan saja rupanya sudah cukup. Kita tidak perlu mencari-cari apa yang tersembunyi, fokuskan saja pada apa yang ada di depan mata.
Bukan apa-apa, hanya demi menjaga ketentraman hati. Juga menjaga hal-hal yang selama ini sudah dirasa baik, untuk kemudian tidak mudah berganti karena dipengaruhi. Semisal rahasia seseorang, kesalahan-kesalahannya, masa lalunya, juga apa-apa yang sebenarnya kita tidak perlu mengetahuinya.
02:20 a.m || 06 September 2021
Banyak yang harus dikorbankan jika waktu menjadi obat untuk hati yang sudah rusak dan sakit, mulai dari hari-hari yang indah berubah menjadi suram karena bayang-bayang amarah dan kesal, dari pertemanan yang akhirnya berakhir dan tidak mau lagi bertukar sapa, atau mungkin pada keluarga yang berakhir tidak ada harmonis didalamnya.
Sebab ujian kesabaran dan keikhlasan itu akan datang tanpa kamu bisa memilih ia hadir disisi kehidupan yang mana, tapi sekali lagi seperti itulah Allah mengajarkan padamu soal hati dan cara mengelolanya. Agar tidak mudah bagimu memendam benci dan amarah, dan tidak mudah pula bagimu menelan mentah-mentah semua kejadian yang tidak menenangkan hati.
Jangan sampai kamu disembuhkan oleh waktu, sebab seringnya ia lama dan juga banyak yang harus dikorbankan. Mulailah menyembuhkan hati yang sakit dengan memaksa untuk memaafkan, menutup lukanya dengan doa dan keikhlasan.
Keberuntungan dan kebahagiaan bagi mereka yang mudah memaafkan salah dan menyembuhkan sakit hati, hidupnya tenang namun penuh hati-hati. Mungkin langkah hidupnya lambat tidak secepat kamu dalam menentukan keputusan, tapi yang jelas ia akan lebih jeli dan pandai darimu soal memahami konsekuensi dari sebuah hubungan dan keputusan.
@jndmmsyhd
Mari belajar memaafkan dan melapangkan yaa pou :)
“Kerahkan yang terbaik, persiapkan untuk yang terburuk.”
— Semampu kita, tanpa mengurangi takarnya.